Pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimanakah asal muasal terciptanya bahasa Indonesia?. Sebagai muda-mudi Bangsa Indonesia kita harus tau sejarah bahasa Indonesia. Dengan tidak melupakan sejarah tentang Indonesia, kita jadi lebih tau asal-usul kita sebagai muda-mudi bangsa Indonesia. Seperti apa yang dikatan Ir. Soekarno bahwa jangan sekali-kali kita melupakan sejarah. Agar identitas kita sebagai muda-mudi Bangsa Indonesia jadi lebih jelas. Dan supaya kita tidak gampang terpengaruh oleh budaya-budaya Bangsa lain.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berakar dari bahasa Melayu. Yang sejak zaman dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku, pulau, maupun kerajaan-kerajan yang ada di Nusantara. Bahkan bahasa Melayu bukan hanya dipakai oleh orang Nusantara saja, tetapi hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara. Selain itu bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa transaksi dalam perdagangan Internasional yang berada di kepulauan Nusantara.
SEJARAH BAHASA MELAYU
Bahasa melayu sudah digunakan oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa pergaulan sejak abad ke14. Malaka merupakan tempat berkembangnya kesusastraan melayu, kepandaian menulis dan ilmu terasul diajarkan. Yang merupakan awal dari kepandaian berbahasa dan menjadi bagian penting dari budaya melayu.
Pada masa kekuasaan Raja Haji, Malaka mengalami puncak ketenarannya. Malaka menjadi negeri yang maju dari segi ekonomi, militer, dan menjadi pusat berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga banyak didatangi oleh orang-orang dari segala penjuru Nusantara. Raja Haji dikenal memiliki kepandaian berbahasa yang baik. Dengan kepandaiannya tersebut Raja Haji mampu melakukan diplomasi dan kerjasama dengan raja-raja yang ada di Nusantara. Namapaknya hal tersebut menjadi kecemasan pihak Voc. Mereka khawatir akan kepandaian yang dimiliki oleh Raja Haji yang pada suatu saat bisa menyatukan kekuatan Nusantara.
Akhirnya pada tahun 1782 terjadi pertempuran I antara pihak Voc dan pasukan Malaka yang dipimpin oleh Raja Haji di selat malaka. Danpada tahun 1784 terjadi pertempuran yang kedua kalinya antara Voc dan pasukan Malaka di teluk ketapang. Pada pertempuran tersebut Raja Haji pun tewas tertembak. Atas mingalnya Raja Haji mengakibatkan Malaka tidak lagi menjadi negeri yang merdeka secara utuh, segala pemerintahan diatur oleh pihak Voc.
Pihak Voc membuat sebuah kontrak kepada pemimpin Malaka. Dimana segala urusan pemerintahan Malaka dibawah kendali pemerintahan Hindia Belanda. Dimana hal tersebut ialah awal mula dari kolonialisme yang terjadi di tanah Malaka. Karena kekalahannya dari Voc, maka pemerintahan Malaka pun di pindahkan ke pulau terpencil yang bernama pulau Penyengat.
Pada tahun 1808 di pulau Penyengat lahirlah seorang anak dari keturunan bangsawan tidak lain adalah cucuk dari Raja Haji yang bernama Raja Ali Haji. Saat masih kecil Raja Ali Haji belajar tentang ilmu pengetahuan yang tiadak semua orang bisa dapatkan. Dan ia pun sudah menunjukan ketertarikannya pada bidang bahasa.
Pada usianya yang ke 27 tahun tepatnya pada tahun 1830 Raja Ali Haji pergi ke kota suci Mekah. Untuk menunaikan ibadah haji dan belajar ilmu agama dan tasawuf. Di sana ia menulis karyapertamanya yang berjudul “Gurindam Dua Belas”. Karaya ini berisikan tentang petuah kehidupan manusia yang berdasarkan al qur’an dan tasawuf.
Setelah kurang lebih dua tahun di Mekah Raja Ali Haji akhirnya kembeli ke pulau Penyengat. Sekembalinya Raja Ali Haji, membawa perubahan sangat besar terhadap pulau Penyengat. Pulau Penyengat berubah menjadi kawasan yang ramai dikunjungi oleh orang-orang dari Nusantara dan dari luar Nusantara.
Dan pada tahun 1824 terjadi perjanjian antara inggris dan Hindia Belanda, mereka bersepakat untuk membagi daerah kekuasaannya. Yaitu kepulauan Riau menjadi daerah kekuasan Hindia Belanda, sedangkan Tumasik dan Malaka menjadi daerah kekuasaan Inggris. Yang mengakibatkan Tumasik tumbuh menjadi negeri yang metropolitan dan kental akan westernisasi. Yang membuat penggunaan bahasa tidak lagi sesuai dengan aturan. Hal tersebut membuat Raja Ali Haji khawatir tentang masa depan bahasa Melayu yang sepertinya akan tergusur oleh westernisasi.
Raja Ali Hajipun akhirnya menulis sebuah karya tentang tatabahasa. Dan memikirkan sebuah percetakan dan perpustakaan sebagai sarana untuk pemerataan bahasa di Nusantara. Raja Ali Haji menulis sebuah buku yang berjudul “Bustan Al Katibin” yang berarti “Taman Para Penulis”. Karya ini berisikan tentang dasar-dasar bahasa dan deskripsi tatabahasa Melayu. Dan karya “Pengetahuan Bahasa” yang menjadi kamus ensiklopedis bahasa. Yang berisikan tentang tata-tata bahasa, dan merupakan jawaban dari kehawatiran orang Malaka terhadap tumpuhan kebudayaan asing yang dapat mencederakan bahasa melayu.
Selain itu Raja Ali Haji juga mengusulkan kepada kerajaan Malaka agar mengeluarkan dana yang besar dibidang pendidikan. Sehingga tidak hanya kalangan bangsawan saja yang bisa mendapatkan pendidikan. Tetapi seluruh rakyat Malaka dan orang-orang yang datang ke Malaka juga bisa mendapatkan ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1873 Raja Ali Haji wafat dan dimakamkan dipulau Penyengat. Sampai akhir hayatnya, Raja Ali Haji dikenal sebagai tokoh yang selalu mengajarkan kepandaian berbahasa kepada seluruh rakyat Malaka maupun orang-orang yang datang ke Malaka. Sehingga banyak melahirkan sastrawan-sastrawan hebat yang melanjutkan perjuangannya dalam pemerataan bahasa diseluruh Nusantara.
Akhirnya pada awal tahun 1900 terbentuk sebuah organisasi perkumpulan sastrawan seluruh Asia Tenggara yang bernama Rusydiah Klab. Rusydiah Klab membangun percetakan dan perpustakaan yang bernama Al-Ahmadiah Press. Seperti yang dicita-citakan oleh Raja Ali Haji, sebagai sarana pemerataan bahasa. Al-Ahmadiah Press banyak menerbitkan karya Raja Ali Haji dan disebarkan keseluruh Nusantara.
PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA MELAYU
Hingga pada saatnya, pada Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada tahun 1928 yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda, dan menghasilkan tiga putusan putusan yaitu:
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berakar dari bahasa Melayu, yang mengalami perubahan baik itu dari makna, arti, kata, maupun dari ejaan. Berikut adalah ejaan melayu yang mengalami perubahan dari masa kemasa:
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini disusun oleh Prof. Charles Van Ophuijsen yang di bantu oleh Engku Nawawi dan Moehammad Taib Soeltan Ibrahim. Digunakan dari tahun 1896-1947, di pakai dan dimengerti oleh orang Belanda, bahkan tuturan bahasanya mirip dengan bahasa Belanda. Ciri dari ejaan ini yaitu
a. Huruf oe dibaca (u) seperti pada kalimat itoe, goeroen dsb.
b. Tanda koma ain seperti kata pa’ dibaca (pak) dsb.
c. Huruf (j) dibaca (y) seperti pada kata jang dibaca yang dsb.
2. Ejaan Soewandi atau ejaan Republik
Ejaan ini digunakan dari tahun 1947-1972, dibuat untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya. Perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan sebelumnya diantaranya adalah:
· Huruf “oe” menjadi “u” seperti pada kalimat “boekoe” menjadi “buku”.
· Tanda koma ain pada kata pa’ menjadi “pak”.
· Kata ulang boleh boleh ditulis dengan angka 2, seperti jalan-jalan boleh ditulis dengan “jalan2”.
3. Ejaan EYD (Ejaan Yang Disempunakan)
Ejaan ini berlaku dari tahun 1972 sampai sekarang, ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Dan digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia pada tahun 2015. Perubahan yang terdapat pada ejaan EYD adalah:
· Kata “tj” menjadi “c” seperti kata “tjatjing” menjadi “cacing”.
· Kata “dj” menjadi “j” seperti kata “djoko” menjadi “joko”.
· Kata “nj” menjadi “ny” seperti “njala” menjadi “nyala”.
· Kata “ch” menjadi “kh” seperti “ achir” menjadi “akhir”.
SEMOGA BERMANFAAT!!JJJ